Glory Glory HONDA REPSOL.

Glory Glory HONDA REPSOL.
Glory Glory HONDA REPSOL.

Kamis, 10 Maret 2011

ASAL MUASAL DESA PEGAGAN KAPETAKAN

Sebelum menjadi Desa Pegagan,
wilayah ini dahulu kala terdiri
dari hutan-hutan dan banyak
rawa-rawanya. Karena hutan
tersebut dipisahkan olah rawa-
rawa dan sungai, maka Sunan
Gunung Jati memberi nama
wilayah itu Pulau Raja.
Kemudian setelah hutan-hutan
dibabad dan dibakar maka
jadilah hamparan pesawahan
yang sangat luas. Oleh
penduduk tanah tersebut
dijadikan lahan pertanian,
disebut Pegagan. Maka
bermukim di padukuan,
sekarang Desa Dukuh. Melihat
kesuburan tanah di Pegagan dan
luasnya lahan yang tersedia,
maka banyaklah penduduk yang
berdatangan untuk ikut
menggarap sawah dan ladang.
Lambat laun karena banyak
yang bermukim di Pegagan
tersebut, maka jadilah
perkampungan yang disebut
kampung Pegagan, asal kata
dari Pegagaan.
Untuk memimpin
perkampungan yang disebut
kampung tersebut, Sunan
Gunung Jati menetapkan murid
Mbah Kuwu Cirebon bernama
Syekh Mukhamad yang berasal
dari Syam dan terkenal dengan
sebutan Syekh Mengger
(Monggor).
Namun Ki Mengger tidak lama
menjadi gegeden daerah
tersebut karena ia diminta
pulang oleh orang tuanya untuk
menajadi pemimpin negeri
Syam. Sebagai penggantinya
Sunan Gunung Jati menunjuk
Patih unggulannya yang
bernama Ki Banjaran dengan
gelar Ki Cangak Putih. Ia dibantu
putrinya yang bernama Nyi Mas
Ayu Kendini yang berwajah
cantik, beliau rajin membantu
orang tuanya dalam mengolah
sawah dan juga ikut meluaskan
wilayah dengan membakar
hutan sehingga wilayah itu
semakin luas.
Disamping itu ia juga trampil
mengatur tata praja, maka tidak
menghereankan apabila peran
Nyi Mas Ayu Kendini semakin
terkenal. Saking kagumnya
penduduk terhadap Nyi Mas Ayu
Kendini atas kepandaian dan
kecantikannya, maka dijuluki
Bidadari Dwei Nawang Wulan.
Pemandian Dewi Nawang Wulan
sampai sekarang masih ada di
komplek makam benjaran
namanya Balong Widadaren.
Wilayah kampung Pegagan
sangat luas dan memanjang ke
barat sampai ke wilayah
Panguragan (Blok Gempol
Murub), bahkan ada wilayah
Pegagan yang berada di daerah
simbal Cantilan Jagapura yang
luasnya kurang lebih 5 hektar.
Hal ini di sebabkan pembakaran
hutan yang dilakukan oleh Nyi
Mas Ayu Kendini yang apinya
meletuk terbawa angin dan
jatuh di Daerah Simbal.
Sekarang Wilayah tersebut
sudah resmi masuk di Wilayah
Jagapura melalui musyawara
antara Kuwu Pegagan dan Kuwu
Jagapura.
Dengan Pimpinan Ki Ageng
Putih dan Putrinya, kampung
pegagan bertambah maju, tertib
dan teratur, penduduknya subur
makmur tidak kurang sandang
pangan.
Perkampungan Pegagan
mampunyai Cantilan :
1. Cantilan Dukuh
2. Cantilan Kroya
Nyi Mas Ayu Kendini terkenal
bukan karena pandai mengatur
tata praja dan keterampilan
serta peretanian saja, tetapi juga
karena kecantikannya. Sehingga
banyak pemuda yang tergila-
gila pada putri Sekar Kedaton
Pegagan. Diantaranya yang
pertama-tama datang melamar
ialah Rambit, lamaran itu
langsung diterima oleh Ki
Benjara tanpa berunding dengan
putrinya. Padahal putrinya tidak
mencintainya. Saat pernikahan
akan dilangsungkan, Ki Benjara
serta orang-orang Pegagan
sangat kaget, karena putri Sekar
Kedaton ada yang menculiknya.
Tentu saja R.Ambit sangat
murka dan tanpa banyak tutur
lagi segera lari mengejarnya.
R.Sambarasa murid Ki Ageng
Jopak atau Ki Gede Kaliwedi
yang baru menyelesaikan
tapanya dialas jatianom,
ditengah alas itu ia melihat R.
Sembaga yang sedang
menggendong. Nyi Mas Ayu
Kendini dalam keadaan pingsan.
Tentu saja hal ini menimbulkan
kecurigaan pada diri R.
Sambarasa. Ia meminta kepada
R. Sembaga untuk menurunkan
putri itu dari gendongannya,
tetapi R.Sembaga untuk
menolaknya, terjadilah perang
tanding yang sangat seru,
masing-masing mengeluarkan
ilmunya. Tetapi lama kelamaan
R.Sembaga merasa terdesak dan
lari meninggalkan musuhnya.
Kemudian R.Sambarasa
menyembuhkan Nyi Mas Ayu
Kendini dari pingsannya, dan
diajaklah pulang ke orang
tuanya di Pegagan, tetapi Nyi
Mas Ayu Kendini menolaknya
dan mengajak R.Sambarasa
untuk pergi jauh dan menika
disana. Mendengar pernyataan
Nyi Mas Ayu Kendini yang tulus
maka R.Sambarasa berdiam diri
tidak sampai hati menolaknya.
Namun pembicaraan itu
terputus karena kehadiran R.
Ambit yang langsung
menyerangnya duduk
masalahnya, tetapi R. Ambit
tetap tidak percaya, hingga
terjadilah perang tanding yang
sangat seru, yang kedua-duanya
mengeluarkan ilmu andalannya.
Tetapi lama kelamaan R.
Sambarasa dapat dirobohkan
oleh R. Ambit dan ditendangnya
ke dasar jurang. Setelah siuman
R. Sambarasa menemui gurunya
Ki Gede Kaliwedi.
Kembalinya Nyi Mas Ayu Kendini
ke Pegagan disambut gembira
oleh rakyat Pegagan, lebih lebih
orang tuanya Ki Benjara.
Untuk tidak membuang waktu
segera Ki Benjara
melangsungkan pernikahan
dengan R.Ambit. Tetapi lagi lagi
mengalami kegagalan karena
kehadiran Ki Ageng Jopak yang
datang menuntut balas atas
kekalahan R.Sambarasa
muridnya, apalagi posisi
muridnya adalah benar, maka
tanpa banyak bicara lagi
langsung Ki Ageng Jopak
menyerang R.Ambit. Untunglah
bon memisahkannya dalam
garis penuturan bukan jodohnya
tetapi jodoh R.sambarasa.
Di Keraton Kedaton, Sinuhun
Gunung Jati kedatangan tamu
dari tanah seberang yang
maksudnya mau menjemput Ki
Benjara bersama keluarganya
untuk dinobatkan menjadi raja
di negerinya. Mendapat
permintaan itu, Sunan Gunung
Jati dan Mbah Kuwu tidak bisa
menolaknya. Selanjutnya Ki
Benjara bersama dengan Nyi Mas
Ayu Kendini dan suaminya
R.Sambarasa berpamitan kepada
Sunan Gunung Jati serta Mbah
Kuwu Ki Cakrabuana untuk
meninggalkan Pendukuhan
Pegagan. Adapun untuk
gegedennya Pedukuhan
Pegagan diserahkan pada Syekh
Magelung Sakti yang ada di
Pedukuhan Karang Kendal.
Memasuki Abad 17 tepatnya
tahun 1628 tentara mataram
dibawah pimpinan Sultan Agung
menyerang Belanda di Batavia.
Serangan ini gagal, karena
kekurangan makanan dan
serangan penyakit malaria.
Memang saat itu transportasi
tidak mudah seperti sekarang,
maka kegagalan ini oleh
pimpinan tentara Mataram di
jadikan pengalaman untuk
serangan berikutnya.
Seluruh pasukan diperintahkan
untuk melucuti senjatahnya dan
di kumpulkan lalu di kubur
berjajar dua, makanya dari
Cirebon sampai Indramayu
terutama Kapetakan dan
Cirebon Utara hamper di setiap
desa di pinggir jalan raya ada
makam berjajar dua, hal ini
dilakukan sesmata-mata untuk
mengelabui Belanda.
Pada suatu saat kampung
Pegagan dan Karang Kendal
disinggahi tentara Mataram
yang membaur dengan
penduduk dan banyak pula yang
melakukan paerkawinan dengan
penduduk setempat. Mereka
memilih tempat di tengah yaitu
di Desa Dukuh, karena
tempatnya agak sepi jauh dari
jalan raya tetapi mudah
menghubunginya manakala ada
berita perjuangan. Rombongan
ini dipimpin oleh Raden
Antrawulan yang menetap di
Dukuh.
Memasuki abad 18 tepatnya
tahun 1808, Gubernur Jenderal
Belanda Deanless merombak
susunan tata praja, khususnya di
tanah jawa, yaitu :
1. Raja-raja akan digaji oleh
Belanda dan tidak boleh
mengambil Pajak kepada
masyarakat.
2. Pergantian Sultan khususnya
di Cirebon dicampuri oleh
Belanda.
3. Adipati yang menguasai
Kadipaten diganti dengan Bupati
yang menguasai Kabupaten
serta dapat gaji dari Belanda.
4. Ki Gede / Ki Ageng diubah
menjadi Kuwu dan medapat
bengkok.
Peninggalan sesepuh Pegagan
yang perlu dilestarikan adalah:
1. Ki Jati bereupa kayu jati yang
telah memfosil, terletak di
depan Balai desa Pegagan Kidul,
yang memiliki makna hati-nati
dalam mengendalikan
pemerintahan.
2. Makam Tumpeng, asalnya dari
buah tumpeng yang dikubur
berada di sebelah utara Balai
Desa Pegagan Kidul, memiliki
makna dalam mengendalikan
pemerintahan Desa harus
lempeng dan jujur.
3. Balong Dalem, memiliki
makna hendaknya berpikir yang
dalam dan sabar ketika
menghadapi masalah yang
timbul di masyarakat. Balong
Dalem ada di sebelah timur Balai
Desa Pegagan Kidul.
4. Buyut Semut ada di sebelah
timur Balong Dalem yang
memiliki makna harus emut,
eling kepada yang Maha Kuasa
jangan sampai bertindak
angkara murka.
Pada saat Cirebon membara
sekitar tahun 1816 – 1818 yang
dikenal Perang Kedodongdong,
yaitu perlawanan masyarakat
Cirebon terhadap penjajahn
Belanda dibawah pimpinan
Begus serit. Hampir seluruh
kuwu yang berada di wilayah
Cirebon membantu perjuangan
tersebut, baik yang terang-
terangan maupun yang dibawah
tanah, khususnya kuwu dan
masyarakat perjuangan itu,
diantaranya adalah tokoh-tokoh
Ki Belang, Ki Laisa, Ki Salam dan
Ki Lamus (Ki Tika).
Alat yang digunakan semasa
perjuangannya, yang sekarang
berupa benda pusaka dan masih
tersimpan oleh anak cucunya,
diantaranya adalah tombok, arti
yang biasa berjalan sendiri,
bendera waring dan baju
antakesuma.
Desa Pegagan mengalami
pemekaran pada tahun 1981,
menjadi Desa Pegagan Kidul dan
Desa Pegagan Lor.
Adapun nama-nama Kepala Desa
yang diketahui adalah Desa
Pegagan Kidul, sejak tahun
1908 :
1. Ki Narpijan
2. Ki Baijan
3. Ki Laisa
4. Ki Sam
5. Ki Kasem
6. Ki Resmi
7. Ki Salam
8. Ki Kemisat
9. Ki Samad
10. Ki Silem
11. Ki Nerfan
12. Ki Akim
13. Ki Wasiem
14. Ki Sesmpit
15. Sarbinga
16. Ki Ketimpen
17. Ki Dir
18. Ki Kireja
19. Ki Kasti
20. Ki Lampar/Kiwarasesntika
21. Ki Ketimpen
22. Ki Jiyem
23. Ki Suwada
24. Ki Madrais
25. Ki Wangen
26. Ki Muna
27. Ki Lebon
28. Ki Dasnia
29. Ki Padmanegara
30. Ki Darisem
31. Ki Senjani / H.Bakri
32. Ki Darmi
33. Ki Tuba
34. Ki Kamsia
35. Ki Wardeni
36. Ki Arja
37. Ki.H Ali
38. Ki Wangsa
39. Ki Bulyamin
40. Ki Abdulah Sajan
41. Ki Sabil Supeno : – 1969
42. Ki H. Kasanah : 1969 – 1981
43. Ki H. Maksudi (Pjs) : 1981 –
1985
44. Ki H. Dasita : 1985 – 1995
45. Ki Wadira : 1995 – 2003
46. Ki Rusli : 2003 – sekarang.
Desa Pegagan Lor :
1. Ki Dalisa (Pjs) : 1981
2. Ki Dalisa : 1981 – 1993
3. Ki Rokhmat : 1993 – 2003
4. Ki Dedi Asmadi : 2003 –
sekarang.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. dijukut sing

    http://
    vanhellsink.blogspot.com/

    kesuwun Kang…

    BalasHapus
  3. dijukut sing

    http://vanhellsink.blogspot.com/

    kesuwun Kang…

    BalasHapus